Abstraksi Saya Tentang Pemuda Indonesia

Ada suatu masa dimana Pemuda terkenal akan kehebatannya, pemuda dulu terkenal akan jasa-jasanya, pemuda dulu terkenal akan patriotismenya! Sekarang, kemana semua kenangan manis yang pernah membuat kita terkagum akan gagahnya charisma para pemuda Indonesia?

Tidak ada yang bisa memungkiri Pemuda Indonesia adalah salah satu faktor paling berjasa untuk negara ini, Lihatlah bagaimana dulu pemuda bersatu dan mengikrarkan keinginan untuk bersama pada sumpah pemuda, 1928! Ingat bagaimana dulu pemuda kita ‘memaksa’ bung Karno untuk ikut ke rengasdengklok dan memproklamirkan kemerdekaan bangsa ini? Masih adakah juga pemuda kita yang ingat bagaimana heroiknya para pemuda yang menentang para aparat berpeluru tajam hanya dengan bersenjatakan bambu runcing dan peralatan seadanya? Saya terkadang lupa bagaimana ekspresi bahagia para mahasiswa UI yang sekarang sering menjadikan demonstrasi sebagai sebuah hiburan,  sebuah kebanggaan dan menjadi pertanyaan, “lo udah pernah aksi belom? Gue udah sering!” Namun saya tidak pernah lupa bagaimana hebatnya mahasiswa ’98 yang berhasil menduduki gedung DPR MPR.

                Saya pernah mempertanyakan pada diri sendiri, bagaimana pengaruh lunturnya segala charisma pemuda Indonesia pasca kerusuhan ’98, dengan kritisme pemuda Indonesia kepada pemerintah. Namun semakin hari saya menyadari, ada sebuah mindset yang memang sengaja ditanamkan untuk menurunkan daya kritisme dan patriotisme pemuda kita. Mungkin elit-elit negara ini sudah menyadari betapa hebatnya pemuda bila dipersatukan oleh rasa kebersamaan dan cinta tanah air! Maaf bila saya sedikit berpikiran negatif, tapi saya rasa lunturnya sifat kritis dan patriotis pemuda Indonesia adalah ‘salah satu keberhasilan strategi pemerintahan dari era 98 hingga 2011 untuk merubah mindset pemuda!’

                Banyak orang yang mempertanyakan pemikiran saya itu, tapi jelas kita bersama merasakan bahwa sekarang banyak pemuda Indonesia lupa dengan patriotism dan kritisme yang pernah membuat pemuda menjadi actor penting perubahan Indonesia 1928 dan 1998. Sekarang, semua pemuda berpacu untuk menjadi orang kaya, berpacu untuk meraih materi, berpacu untuk menjadi yang paling popular, berpacu untuk memenuhi kepentingan diri sendiri seolah lupa akan pentingnya mengabdi pada bangsa dan menjadi seorang changemaker!

                Semua itu, jelas merupakan bentuk pengalihan mindset! Pemuda kita yang dulu kritis dalam menulis, dalam mencari kebenaran, dan bagaimana frontalnya mereka dalam bersikap, kini telah berubah menjadi pemuda yang lebih suka nongkrong, jalan-jalan ke mall, minum kopi, duduk bodoh menatap layar monitor sambil membuka laman jejaring sosial dan kegiatan lain yang sama sekali tidak membuat perubahan! Tapi yang paling miris adalah ketika saya melihat teman-teman saya yang berdemonstrasi, katakanlah pada hari pendidikan nasional, 2 mei 2011, justru sempat melakukan sesi foto dan bernarsis ria di saat demonstrasi sedang berlangsung. Saya mungkin belum menjadi mahasiswa UI ketika kerusuhan 1998 berlangsung, tapi saya tau betul bahwa tidak ada satu hal lain yang terlintas di benak demonstran ketika itu kecuali adanya revolusi dan perbaikan di pemerintahan Indonesia, terlebih hanya untuk foto-foto!

                Pemuda kita, sebenarnya masih selalu seperti dulu, muda, cerdas, idealis, inovatif dan kreatif! Lihatlah bagaimana banyaknya pemuda kita yang meraih medali di olimpiade Sains internasional, lihatlah juga banyaknya anak muda Indonesia yang baru berusia dua puluh tahunan namun sudah meraih gelar pasca sarjana, bahkan doctoral! Tapi saya selalu bertanya, apa yang terjadi dengan pemuda kita? Lihatlah betapa banyaknya anak muda yang tidak memikirkan, tidak usah bangsanya, tapi dirinya sendiri! Betapa banyaknya pemuda Indonesia yang malas belajar, betapa banyaknya pemuda Indonesia yang tidak siap berjuang untuk dirinya sendiri, dan betapa banyaknya pemuda yang hanya berpikir setelah belajar saya harus segera menghasilkan uang!

                Begitu banyak pemuda Indonesia yang berlomba ‘hanya’ untuk menjadi mahasiswa sekolah kedinasan. Begitu banyak pemuda kita berlomba untuk menjadi PNS, alasannya karena dengan demikian mereka bisa mengumpulkan materi dan mendapat jaminan hingga di hari tua. Namun justru itulah yang membuat pemuda kita kemudian bungkam! Ya, betul sekali, karena sekarang pemuda sudah terpengaruh oleh system kapitalisme. Karena semua modernisasi ini telah membuat uang sebagai alat utama mengukur kesuksesan. Kalau dulu, seseorang yang berguna bagi lingkungannya dianggap sukses, kini orang sukses hanya bisa diukur dengan seberapa banyak harta benda yang ia miliki! Keinginan untuk menjadi orang kaya, akhirnya membuat banyak orang terjebak dalam kesibukan yang sebenarnya hanyalah rutinitas harian untuk mengumpulkan materi. Jebakan yang membuat banyak orang akhirnya melupakan mimpi indah mereka di masa kecil. J

Banyak orang yang mencaci maki kapitalisme dan liberalisme tanpa sadar bahwa mereka sendiri sebenarnya terjebak dalam dua ideologi itu. Mungkin itu hanya dampak negative dari kemajuan zaman, yaitu menciptakan komunitas inkonsisten. Lihatlah betapa banyaknya orang yang kata dan perbuatan bertolak belakang.  Tapi itulah yang menjadi masalah, semua ingin perubahan, ada banyak yang menuntut dan hanya segelintir yang melakukan dari diri sendiri. Semua orang di Indonesia menjadi juri bagi sesamanya, mengkritik dan menghina itu sudah menjadi hal yang lazim dilakukan oleh orang yang merasa bersih kepada mereka yang sedang bermasalah. Bagaimana bila kita semua saling merangkul, dengan kepala dingin kita mencoba mencari bagaimana solusi terbaik untuk meraih keberhasilan.

Kita semua menginginkan perubahan di negara ini, tapi kembali, yang jadi masalah banyak yang mau Cuma menjadi juri. Lihatlah bagaimana stigma negatif banyak orang soal STAN (sekolah tinggi akuntansi negara), saya yakin sebenarnya tidak semua orang itu seperti gayus. Ia hanya kebetulan sial dan tertangkap, sehingga mencemarkan nama baik institusinya. Gayus (dan kalau masih ada, koruptor lain di sector pajak) itu sebenarnya hanyalah orang kampung yang dari lahir sudah miskin kemudian mendapat segepok uang karena tiba-tiba mendapat gaji terlalu besar (ditambah tawaran dari pihak eksternal direktorat jendral pajak) dan akhirnya menjadi rakus. Tapi saya yakin, sebenarnya STAN itu diisi oleh anak-anak cerdas dari berbagai daerah di Indonesia. Sayangnya (menurut saya) entah mengapa mereka tidak mau mencoba untuk bersaing dengan ribuan orang lain untuk merebutkan satu lapangan pekerjaan. Bukan tanpa alasan, sebab banyak yang berminat masuk stan, alasannya adalah, setelah lulus kuliah, langsung dapat gaji yang cukup besar. Ingatkan saya bila saya salah, tapi ada ribuan orang cerdas di luar sana yang bahkan masih sangat muda sudah menjadi orang sukses karena kecerdasannya. Misalnya saja, Alanda Kariza! Atau kalau bisa member contoh lain, bisa seperti Sandiaga Uno, baru 41 Tahun sudah punya 800juta US$.

Tapi yah bagaimana pun, saya tidak bisa menyalahkan siapa-siapa atas masalah ini, karena, banyak orang yang justru senang bila pemuda Indonesia tidak kritis, kreatif, dan inovatif, sehingga akan menurut meski diinjak-injak dan diperintahkan untuk melakukan hal yang tidak seharusnya. Jelas, hal ini akan membuat generasi muda kita semakin pragmatis. hahaha

                Saya tidak pernah tau bagaimana akhirnya saya memberi solusi untuk masalah ini, tapi mungkin yang paling simpelnya adalah tetap bermimpi dan berpegang pada keinginan yang pernah menjadi cita-cita. Tapi saya Cuma ingin meminta kepada siapapun yang membaca tulisan ini, bila anda akan memilih, pilihlah sebuah jalan yang memang banyak tantangannya, bukan jalan lurus yang ujungnya sudah pasti bagus! Ingat, semakin banyak kerikil yang dilalui, semakin kuat pula tubuh kita menahan rasa sakit. Kaitannya dengan changemaker adalah, untuk pemuda kita, meski dihadang oleh banyak penghalang, tetaplah kejar mimpi-mimpi itu. Tetaplah perjuangkan apa yang akan anda perjuangkan, dan jangan pernah pesimis anda bisa mendapatkannya! Kita memang sedang diarahkan untuk menjadi generasi penurut, namun saya yakin masih ada orang-orang hebat yang bisa menyadarkan kita semua bahwa hidup itu tidak selalu lurus-lurus saja, kadang kita harus sengaja menginjak batu untuk membuat badan kita menjadi lebih kuat.

                KALAU MAU BUAT PERUBAHAN, JANGAN TAKUT! WALAU BANYAK HALANGAN, PASTI AKAN ADA JALAN YANG TERBAIK TUK MENCAPAI TUJUAN!

Komentar