Beeh, tell me it’s not true
malam ini, ngga ada yang beda dari malam lainnya. Aku masih menyibukkan diri dengan dunia social media, sambil mencoba menjawab beragam email yang masuk ke email salah satu organisasi kepemudaan yang sedang aku pimpin. Hingga tiba-tiba muncul segumpal kalimat di linimasa
Aku terdiam, meratap layar dengan mata terbuka lebar, tanganku kaku, diiringi dengan mataku yang tak mau beralih dari layar.
Beeh, kamu ngga sama dia kan? Kamu ngga jadian kan? Beeh, don’t you know how I love you so much :’)
Aku mengambil handphoneku, meraih nya dari saku celanaku. Terburu- buru kucari nomor eyrton di contact list ku.. tuuu tuuut tuuut.. nomor itu, terdiam, tidak ada yang mengangkat. Aku coba telepon lagi.. tuut tuuttt.. “halo.. Haloo..” terdengar jawaban lembut dari sana, seperti barut erbangun dari tidurnya
“halo toon.. haloo.. kamu dengar suara aku?” aku tergesa-gesa berusaha memastikan ia bisa mendengar suaraku.. ‘tuut.. tuuut..’ telepon itu putus. Aku kemudian mengirimkan sms.
To : Eyrton Crismartua
Ton, plis angkat telepon gue, plis –ogi -
Kucoba lagi menelepon dia ‘tuut..tuut’
“halloo.. haloo” aku mendengar suara dari speakerku lalu segera kujawab
“ton lo bisa denger gue? toon tooon” aku masiht terbata-bata menjaawabnya.. tapi kemudian ‘tuuut..tuut..’
Drrrt..drrrtt.. tiba-tiba semuah sms masuk
from : Eyrton Crismartua
ngga ada yang jawab
‘damn kenapa sih harus disaat sepenting ini telepon gue rusak’ aku mulai merutuki keadaan ini. Aku kemudian memusatkan perhatianku pada handphone mama yang ada di atas rak belajarku. Aku segera menukarkan nomorku ke handphone itu, dan kemudian menelepon eyrton lagi
‘tuuut…tuuuut..’
“halo, gi?” suara itu terdengar lagi, pelan sekali
“Iya, ton, lo bisa denger suara gue?” jawabku gugup, sambil berusaha mengatur nafas
“bisa, kenapa gi?”
“ton, elo temen gue kan ton, lo temen lama gue kan? Gue tau lo sebel sama gue gara-gara kasus kemaren. Tapi plis ton” nadaku sedikit meninggi, aku mulai panic dan kehilangan kontrol
“apadeh gi, plis to the point aja, gue ngantuk” jawabnya dingin seperti biasa.
“eeellloo.. Jadian sama Ratna? Elo pedekate same dia?”
“hah? Apadeh gi, ? gue ngga ada apa apa sama dia”
“Ton, gue liat twit puput. Ton, plis, I need your help” aku mulai mengiba padanya.
“apa gi, elo minta tolong apa???” kali ini suaranya mulai mengeras
“I wish you know, I still love Ratna, so much, she still here, Ton, inside my heart. I need you to help me. Kita tuh setipe ton, lo dan gue, tipe cowo yang kaku dingin cuek bebek mati, yang emang ngga jago ngungkapin isi hati kita.” Aku mulai ngga bisa ngendaliin diri
“Gi, gue bisa bantu apa? To the point deh gue ngantuk berat nih”
“bantu gue buat bisa balikan sama Ratna, Ton” kataku lirih sambil berusaha menenangkan diri “aku masih sayang banget sama dia, bujuk dia buat ngasih aku satu kesempatan, Ton.”
“oke sini aku minta nomornya” jawabnya lirih. Aku terheran mendapati dia tidak memiliki nomor Ratna “Gi, boleh aku jujur?” Tanya nya lirih, jantungku seolah berhenti berdetak, ‘apa dia mau nyatain kalau bener dia dan Ratna udaaahh…’
Belum sempat aku berpikir lebih jauh ia sudah menjawab “Gi aku ngga ngerti apa-apa soal cewek, kau kenal aku. Jadian sama dia? Itu Cuma ledek-ledekan aja, bahkan nomornya pun aku ngga tau”
Aku terdiam, ingin rasanya bunuh diri dan berteriak.
Beh, malam ini, aku mikirin kamu.. mengharapkan kamu bisa aku peluk lagi.. Beh, I miss you.
Komentar
Posting Komentar