Belajar Tentang Tubuh Sendiri

Beberapa waktu yang lalu, ketika saya sedang berada di dalam bus yang melintasi Indramayu menuju kota Tegal, ada seorang pria paruh baya yang bercerita pada saya tentang bisnis prostitusi di Indramayu yang menjamur akibat banyaknya pengendara kendaraan lintas pulau yang beristirahat di daerah itu dan membutuhkan wanita untuk menyalurkan hasrat seksualnya.

Saya sedikit terkejut dengan hal-hal yang Ia ceritakan kepada saya, mulai dari pekerja seks di bawah umur, seks tanpa pengaman, dan bahkan kamuflase dari kegiatan prostitusi di daerah itu yang memang dijaga rapat-rapat oleh warga sekitar, agar bisa tetap menjadi lading penghasilan bagi sebagian besar masyarakat di sekitar pantura Indramayu.

Sekilas, saya teringat tentang bahaya penularan HIV yang mungkin terjadi di daerah itu. Karena, saya agak ragu para pelanggan dari pekerja seks itu mau menggunakan kondom dalam berhubungan seks. Belum lagi kenyataan bahwa ada banyak wanita dibawah umur yang dijadikan pekerja seks oleh kelaurganya. Tentunya, sebagian besar keluarga yang menjadikan anaknya pekerja seks, menjadikan motif ekonomi sebagai alasan utama mengapa mereka rela menjual anak gadisnya.

Sebenarnya, saya tidak mengerti mengapa ada orang tua yang begitu kejam sehingga tega menjual anaknya kepada pria hidung belang, tapi kita tidak bisa mengingkari bahwa mungkin hal itu adalah satu-satunya tumpuan penghasilan keluarga itu. Pertanyaannya, apakah para pekerja seks itu mendapat pengetahuan yang cukup untuk merawat kesehatan alat reproduksinya?

Penyakit di organ reproduksi, bukan hanya mungkin terjadi pada pria kan? Tapi juga pada para wanita yang melakukan hubungan badan dengan pasangan yang telah terlebih dahulu terkena penyakit kelamin. Sebut saja, sifilis, gonore, dan masih banyak lagi. Belum lagi untuk wanita yang masih berusia dibawah umur, dan rahimnya masih belum stabil untuk menerima benda asing. Keberadaan penis di dalam liang vagina, bukan tidak mungkin akan merangsang tumbuhnya sel-sel kanker serviks, yang telah lama menjadi musuh besar para wanita.

Karena hal ini, saya menjadi semakin termotivasi untuk mengembangkan NYOCAP, agar para remaja bisa mendapat pengetahuan yang cukup tentang kesehatan organ reproduksi dan konsep-konsep gender yang mungkin bisa mendukung pencegahan timbulnya penyakit menular seksual. Saya merasa ikut bertanggung jawab atas banyaknya wanita yang melakukan hubungan seks diluar kehendak mereka, atau terkena kanker serviks akibat terlalu dini berhubungan intim. Saya ingin sekali, tiap remaja di negara ini memiliki pemahaman yang cukup baik tentang pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi.

Tentu saja, keinginan saya ini juga didukung oleh kurangnya pembelajaran tentang issue yang masih dianggap terlalu tabu untuk diperbincangkan secara terbuka di ruang kelas oleh pengajar kepada siswa. Mungkin, sebagian orang menganggap demiikian, namun alangkah lebih baiknya, kalau kita belajar untuk menyadari pentingnya pembelajaran kesehatan reproduksi dan hal-hal lain terkait seks dan gender, untuk mencegah timbulnya penyakit yang tidak diinginkan. Mari kita lihat, seberapa jauh @NYOCAP memiliki daya tawar (bargaining position) untuk bisa membuat perubahan di Kota Depok. (RWH)

Komentar