Bukan Soal Beda atau Sama, Tapi Saling Menghargai


Waktu di Global Youth Forum kemarin, saya sempat mendengar ada beberapa teman yang akan terlambat karena pada tangal 1 December 2012 mereka masih harus melaunching acara yang akan mereka selenggarakan. Cinta (Committee for Interfaith Tolerance) Indonesia, demikian nama acara yang dihandle oleh Michelle, Pandu dan Agus. Awalnya, saya masih sedikit bingung dengan konsep yang akan mereka bawa dalam kegiatan di 5 kota (Jakarta, Malang, Lombok, Palembang, Manado). Saya bahkan sedikit ragu, bagaimana anak muda bisa membuat sebuah kampanye toleransi keberagaman hanya dengan event 2 hari?

Tapi bukan lebih baik melakukan sesuatu yang kecil daripada hanya bisa mengkritisi mereka? Buat apa mencari kesalahan orang kalau toh anda tidak memiliki solusi, itulah yang membawa saya kemudian mencoba meng-approach mereka untuk menjalin kerja sama. Hingga suatu kesempatan, saya bisa meeting dengan teman-teman Cinta Indonesia (Michelle, Pandu, Agung) di salah satu mall kawasan Sudirman, tepat sebelum dapat kesempatan untuk ikut kegiatan bersama Miss Universe, Olivia Culpo.

Alissa Wahid Pada Sesi Presentasi di hari pertama Cinta Indonesia


Pada kesempatan itu, saya bisa mendengar apa saja yang memang ternyata menjadi masalah banyak movement kepemudaan. Mereka memiliki banyak acara yang bagus, konten dan ide yang bagus, tapi kurang baik dalam melaksanakan eksekusi dan packaging. Hasilnya saya dan @Dinikopi bersepakat kalau kami harus membantu mereka menjalankan komunikasi strategis untuk memublikasikan acara ini ke masyarakat. Kami hanya punya kurang dari 3 minggu untuk mengejar berbagai media partner dan kampanye sosial media, hingga akhirnya kami bisa dapat sekitar 8 media partners, Yeay!!

Hingga akhirnya kami melaksanakan acara, setidaknya bagi saya kegiatan di hari pertama acara berjalan dengan sangat menarik. Saya berkesempatan untuk mendengar berbagai statement dari para tokoh agama dan pluralism tentang konflik agama di Indonesia. Salah seorang Gusdurian, Mbak Alissa, kali itu menyebutkan dengan tegas tentang, ‘pancasila, pluralism, Indonesia’. Saya menyadari bahwa dulu pejuang kita tidak berjuang untuk kepentingan agama tertentu, tapi untuk memerdekakan bangsa Indonesia, apapun agama dan kepercayaannya!


Alissa Wahid bersama salah satu anggota foreign affairs department US Embassy

‘Yang sama jangan dibedakan, yang beda jangan disamakan’

Bukankah kalimat ini begitu jelas untuk menunjukkan pada kita tentang apa yang seharusnya kita perhatikan dalam keseharian? Lantas kenapa di era modern seperti saat ini masih ada orang yang berdebat hanya karena urusan agama? Mengapa urusan private (agama) sepertinya sulit sekali untuk tidak dapat intervensi dari public luas? Well, entahlah!

Hari kedua, kami berjalan-jalan ke berbagai rumah ibadah, menikmati diskusi dan menjalankan kesenangan luar biasa. Thanks untuk semua pengalaman dan senyuman di sepanjang kegiatan ini dari teman-teman Cinta Indonesia. Mungkin, kita Cuma bisa ketemu sebentar, tapi kalian beri saya banyak pelajaran untuk bisa memahami pentingnya toleransi.



Christine Theindres - Michelle Winowatan

22 feb 13

Komentar