Serunya Klasik Muda Surabaya by Katalis Muda (sebelumnya bernama kitamuda) |
Beberapa waktu lalu, saya mengalami kejenuhan dengan social movement yang semakin hari
semakin bersifat generic dan cenderung franchise – able. Sementara di sisi lain
beberapa aktivitas yang original ketika kita kurasi kontennya, justru cenderung
kopong dan kurang dipoles di banyak titik. Sebagian besar movement yang di
franchise cenderung memfotokopi visi founder organisasi, dan dalam proses
duplikasinya tidak terlalu menyesuaikan dengan kepentingan lokal. Padahal saya
tau betul aktivitas yang dilakukan secara original oleh teman-teman di kota selain Jakarta (saya menggunakan terminology
ini untuk menggantikan Pusat – Daerah, karena Jakarta tidak pernah punya pusat)
itu cenderung otentik dan lebih sesuai dengan kebutuhan daerahnya sendiri.
Saya tersentuh, ketika menangani Konferensi Budaya Nasional by
Universitas Udayana. Kontennya begitu kaya, sang ketua panitia begitu paham
pentingnya budaya, bahkan ia begitu mencintai budaya. Tapi mereka tidak baik
dalam mengemas event tersebut, termasuk dalam publikasi yang hanya menggunakan
wordpress superminimalis, ketiadaan media partner, dan bahkan ketika saya
berbicara tentang media partner sang ketua panitia bertanya, “apa itu media partner, gi?”. Mari kita
tersenyum sejenak, mendapati fakta ini!
Saya tau bahwa kasus ini hanyalah sekedar casus kecil, dan dilakukan
oleh event, bukan movement. Tapi kita mendapati sebauh insight menarik, ‘ternyata
konsep publikasi dan pengemasan yang baik untuk kemudian dipasarkan kepada
sponsor untuk pendanaan adalah barang mewah untuk sebagian kalangan’, bagaimana
menurut anda? Mari saya beri anda sedikit contoh, kita begitu beruntung di
Jakarta ada banyak media mainstream, ada event bisa undang media gratis, kalau
wartawan minta amplop laporkan ke dewan pers atau AJI, sementara di daerah?
Begitu juga dengan sponsor, kalau mau ke XL bisa sedikit bergeser ke kuningan,
sementara di dekat monas ada pertamina, atau kalau mau coba ajukan ke Industri
perbankan anda tinggal cari di seputaran Sudirman Thamrin, bagaimana dengan
mereka yang ada di Kota lain?
Bicara soal konten, bicara soal pembicara? Kita sangat beruntung, banyak
kegiatan di Jakarta bisa coba minta kontak pembicara. Selain itu internet kita
cukup kencang, bisa coba belajar dari Youtube tentang bagaimana mengolah konten
ala TEDx. Masih kurang? Pahamilah ada
banyak orang besar yang bisa diajak tukar pikiran disekitar kita. Bila saya
sedang buntu, saya punya banyak orang besar yang bisa bantu, Mulai dari Aktivis
HAM ala Usman Hamid, Penulis Ala Iwan Setyawan, Geek macam Shafiq Pontoh,
sampai Jenius jurnalisme macam Pangeran Siahaan, what else?
Saya sadar bahwa saya memiliki
banyak kesempatan, dan keutamaan, hingga akhirnya membuat saya (bersama
@dinikopi) mencoba mendirikan Katalis Muda, sebuah organisasi yang fungsinya
memberikan konsultasi untuk organisasi lain. Seperti konsep katalis, gerakan
ini lebih bersifat sebagai konsultan untuk gerakan lainnya. Kami mencoba menggandeng
para pemuda dedengkot movement seperti @Afutami, ex IFL, ada Adi dari Asosiasi
Duta Wisata Indonesia, Teman saya yang menjadi ketua Panitia Konbud Udayana,
dan beberapa orang lain. Tugas kami? Simple kami memberikan konsultasi baik
teknis (event organizing, kehumasan, sosial media, creative design) dan content
untuk para Pemuda khususnya dari kota selain Jakarta untuk bisa membuat
aktivitas sosial yang lebih baik. Kami membantu membuat strategi media (sosial
media / konvensional), mendekati pembicara ternama, bahkan masukan kecil
seperti bagaimana membuat proposal kegiatan.
Aktivisme kami cenderung lebih ke arah pendampingan (mentoring) bagi
rekan-rekan pemuda di kota selain Jakarta. Kami membuat kegiatan, seperti
Klasik Muda Surabaya, kami yang tinggal di Jakarta melakukan kegiatan di Surabaya bersama IDCerita, SSC Surabaya, AkberSBY, FFI Surabaya,
dan SPEAK. Hasil dari kegiatan itu adalah para peserta yang berasal dari lintas
isu dan organisasi sosial tertarik untuk membuat Surabaya Youth Carnival. Saat
ini, setelah training Klasik Muda Surabaya, Katalis Muda masih terlibat
pendampingan hingga acara terselenggara Oktober nanti. Bahkan kami tidak pernah
talks di depan mereka tentang kehebatan kami, atau pengalaman yang pernah kami
lakukan. Yang kami lakukan cenderung mengajak mereka untuk bisa berbagi ilmu
dalam kesetaraan.
Saya percaya, Bila kita bisa bergabung dengan organisasi lain untuk
membuat perubahan yang lebih besar, mengapa harus membuat sesuatu yang baru?
Saya berharap dengan hati yang paling dalam, aktivisme sosial yang dilakukan
oleh sebagian besar pemuda terjadi karena mereka paham esensi perubahan yang
mereka inginkan. Tentu tidak akan etis, bila anda menjadi bagian dari
pergerakan sosial hanya karena pergerakan tersebut terlihat keren dan jadi
ingin membuat sendiri versi anda, tanpa ada unsur kebaruan di dalamnya.
Oleh Ogi Wicaksana,
Saat ini masih di Suara Pemuda
Antikorupsi, sedang mencoba mencuci dosa karena ayah saya seorang Jaksa.
Seandainya saya bisa memilih pasti tidak akan mau jadi anak haram (anak yang
menggunakan uang haram) ayah saya. Tapi lebih dari itu, saya sadar betul bahwa
dalam declaration of human rights, we were born free and equal
Komentar
Posting Komentar