Adegan film ini dibuka dengan cerita anak-anak papua (Litius, Tembi, dan
Martha) yang terlihat bebas menikmati hidup mereka di pedesaan, mereka pergi
menangkap ikan dan udang untuk makan sehari-hari, namun dari awal kita bisa
mendapati ketimpangan pembangunan melalui sindiran tentang keterbatasan tenaga
pengajar di daerah mereka. Adegan bersama masyarakat lokal papua yang hanya
mengenakan koteka, hingga kekuatan fisik masyarakat asli papua yang masih kuat
berjalan kaki hingga puluhan kilometer.
Film yang bercerita tentang tiga orang anak (Litius, Tembi, dan Martha)
yang pergi ke Wamena untuk mendapatkan pendidikan yang lebih layak. Mereka
pergi awalnya murni untuk mendapat pendidikan yang lebih layak, namun ternyata
roda kehidupan membawa mereka untuk memiliki cerita yang berlainan. Litius
kemudian memiliki sebuah cerita asmara dengan Endah, seorang siswi SMA yang
bekerja sebagai pramusaji di restoran tantenya. Sementara Tembi terlibat friksi
dengan pergaulan bebas dan seks beresiko. Sementara Martha mendapat sebuah
cinta dari seorang pemandu penerbangan.
Cerita berjalan, hingga kemudian litius mendapati Tembi ternyata
mengidap virus HIV+ di tubuhnya. Sementara itu, Endah yang begitu disayangi
oleh litus dan terlihat begitu tegar kemudian
divonis mengidap HIV oleh dokter yang sama dengan yang memberikan vonis HIV+
kepada Tembi. Konflik semakin berkembang ketika Endah yang awalnya meminta
Litius untuk mengecek status HIV nya, ternyata juga bekerja sebagai wanita
penjaja seks bagi pilot di Wamena.
Sepanjang film, penonton disuguhkan indahnya pemandangan asli wamena
yang memang sudah termahsyur ke segala penjuru. Tetapi, penonton juga diberikan
kesempatan untuk menikmati ketimpangan pembangunan yang benar-benar terasa
mulai dari kesehatan, pembangunan, infrastruktur jalan dan jembatan, hingga
tenaga pengajar (pendidikan). Melalui berbagai adegan di film Cinta Wamena, kita
bisa melihat bagaimana rakyat Papua mengalami berbagai keterbatasan yang hingga
kini menyulitkan rakyat Papua untuk tumbuh dan berkembang.
Salah Satu Adegan Cinta dari Wamena (Twitter) |
"Dulu kita sama2 buat janji toh, tapi apa? sekarang kita jalan sendiri2.." (via twitter @cintawamena) |
"Saya cinta kamu litius, tapi lebih baik kita berteman saja" - endah- |
Alur cerita Cinta dari Wamena menggambarkan kepada kita bagaimana kehidupan
anak muda di suatu daerah yang cukup bebas, ternyata berpotensi menularkan
virus HIV melalui jejaring seksualnya. Tembi yang ternyata belum siap dengan
perbedaan kebudayaan antara kampungnya dengan wamena, akhirnya terseret dengan
pergaulan bebas, dan melakukan seks beresiko juga minuman keras. Sementara Endah
yang terlihat seperti wanita baik-baik, ternyata merupakan seorang pekerja seks.
Friksi-friksi yang berkembang di film ini cenderung cukup datar,
mengingat ketiga karakter utama di film ini (Litius, Tembi, dan Martha) adalah
pendatang baru. Kehadira Amyra Jessica Richter yang pernah mendapat peran
sebagai mucikari di film sebelumnya cukup membantu emosi yang diciptakan oleh
film ini. Selain, kehadiran Nicholas Saputra yang secara jelas menjadi magnet
utama dalam menarik animo penonton untuk menikmati film ini.
Secara sekilas, film ini berhasil membuat penonton memahami berbagai hal
terkait HIV+ di kehidupan sehari-hari. Cara penyebaran HIV di masyarakat,
peranan berbagai aktivitas dan kebudayaan lokal di masyarakat dalam penyebaran
HIV+, dan pentingnya kasih sayang dari keluarga untuk membuat penderita HIV+
untuk bisa tetap melanjutkan kehidupan. Film yang bertujuan untuk menurunkan
angka penderita HIV+ di Papua ini, bisa dibilang menjadi salah satu film
bertema sosial dengan pendanaan besar. Selain K Vs K yang naik layar tahun
lalu, film ini juga memberikan kita kekuatan baru tentang kekuatan audio visual
dalam kampanye sosial.
Khusus untuk Amyra Jessica, walaupun baru film kedua, actingnya cukup
menarik perhatian dan menjadi salah satu roh utama dalam Cinta dari Wamena. Beberapa
scene menunjukkan kematangan Amyra sudah cukup baik, khususnya bila kita
bandingkan dengan tiga sekawan yang sebenarnya merupakan tokoh utama di film
ini. Amyra (walaupun sedikit kagok ketika press
conference) memberikan sebuah kekuatan besar dalam film Cinta dari Wamena,
karena personal story yaitu keinginan untuk bertemu adiknya yang membuat ia
harus menjadi pekerja seks. Khusus untuk Madonna Marrey yang baru pertama kali
bermain peran, tokoh yang ia perankan di film ini menunjukkan kepada kita
tentang pentingya bermimpi dan meraih sebuah harapan.
Well, tapi daripada sibuk mengkritisi, saya akan lebih memilih untuk
menikmati berbagai hal menarik yang disajikan oleh para pembuat film. Diatas segalanya,
mari kita tunggu respond publik atas film ini yang akan menentukan berapa lama mereka akan bertahan di layar lebar. Cheers!
Komentar
Posting Komentar