“Bermimpilah. Karena sebuah
mimpi membuat kita bisa memiliki tujuan di dalam hidup. Sebuah mimpi mampu
menekan keraguan kita akan masa depan.” - @alandakariza
Mimpi
selalu menjadi alasan kenapa kita bekerja ekstra keras dan mencoba untuk
mencapai atau melebihi batas kemampuan yang Tuhan ciptakan. Malam tadi, dalam
percakapan 8 menit dengan seorang perempuan, aku sadar kalau setiap orang punya
mimpi maka mereka akan dengan tekun berusaha untuk mencapai mimpi itu. Tadi malam,
aku merasa kembali ke empat tahun lalu ketika aku mencoba meraih batas untuk
berkuliah (hanya) di Universitas Indonesia dan (hanya) di Jurusan Komunikasi.
Bahkan, itu membuatku pindah dari Tapanuli ke Tangerang, sekedar hanya untuk
menjamin aku punya materi yang cukup untuk bertarung.
Percakapan
dengan Nona Konsonan, mengingatkan kembali tentang makna sebuah mimpi. Tentang
bagaimana hidup dengan api yang terus menyala dan tidak beralih menjadi seorang
yang pragmatis dan realistis menjalankan kehidupan. “Sekarang aku cuma focus untuk
bisa kuliah di Yogya dan Udayana.” Bagian ini sama persis seperti ketika aku
berkata “Pokoknya aku Cuma mau kuliah di Komunikasi UI”.
Meskipun
Nona konsonan mencoba untuk menjelaskan “aku ngga bisa apply di Trisakti dan
Atmajaya karena ini dan itu” aku langsung menjawab “Kenapa kamu berusaha banget
buat jelasin ke aku alasan kamu ngga apply di Jakarta?”. Bukan karena aku
baik-baik aja ketika tau dia tidak akan ke Ibukota, tapi karena aku tau betapa
berharganya mimpi. Siapa aku sampai harus menutup mimpi seseorang untuk
kepentinganku? Kenapa aku tidak membiarkan seseorang untuk mengejar mimpinya,
jatuh bangun berlari untuk apa yang Ia mau?
berdua mesti lebih baik,
konstruktif, saling membangun dan menguatkan hidup udah terlalu keras!
Kadang
banyak orang cenderung mengarahkan visinya terhadap orang lain, mencoba jadi
Nahkoda bagi kapal orang lain. Sayangnya, hal itu bukan sesuatu yang terlalu
menarik untuk ditiru. Karena jatuh bangun setiap orang, pasti akan menjadi
pembelajaran baru yang bisa terus menguatkan. Setidaknya memberi kita
pembelajaran bahwa Tuhan tidak pernah tinggalkan kita sendiri. Selalu ada
tangan pengasihanNya yang selalu terulur dalam setiap permasalahan kita.
“Dreams are necessary. Like
the air, without realizing it, I, you, and we all need dreams. The dreams that
guide us on what we do today because today is the answer to our dreams the
other day.”
- @alandakariza-
Realistis
aku
kadang merasa bahwa sesuatu yang baik memang diciptakan berpasangan dengan hal
baik lainnya. but sometime aku merasa bahwa hidup itu saling melengkapi dan
ngga hanya untuk saling menguatkan tapi juga saling mengisi, bukan cuma soal
kesamaan tapi juga perbedaan. ada kalanya, diam sejenak untuk merefleksikan
diri tentang sejauh mana kita perlu berlari mengejar apa yang kita mau itu
penting. aku kadang menemukan bahwa kadang tidak selalu tentang seberapa jauh
kita berusaha tapi juga tentang seberapa jauh Tuhan memilih untuk menyatukan
dua hal, atau tidak disatukan.
Ibarat
ketika kita menginginkan sebuah baju, kita bisa berusaha keras menabung untuk
mendapatkan apa yang kita mau tapi kalau memang Tuhan tidak izinkan kita
mendapatkan baju itu mungkin saja ketika uangnya terkumpul baju itu sudah tak
lagi ada di pasaran. Tuhan, mungkin memang tidak menakdirkan baju itu untuk
kita miliki.
it's not supposed to be
easy but when this is the only way to get closer with your dreams,
you will still walk to it,
right? :)
How about my dream?
I’ve
lotta dream, setidaknya masih ada harapan untuk bisa ke Paris, Amsterdam,
Berlin, Brussels, Prague, Bern, New York dan Milan di 2018. Akhir-akhir ini
saya sering lihat berbagai landmark dunia di jejaring sosial para sahabat.
@imanusman, @alandakariza @wahyusetyobudhi @afutami dan @graciaparamitha.
Beberapa orang memang diberi kesempatan untuk melakukan sesuatu lebih dulu
dibandingkan orang lain. Again, Tuhan memberikan setiap orang kesempatan dengan
bagian yang berbeda-beda. Mungkin hari ini memang bukan waktu yang tepat bagiku
untuk mengisi passport dengan stempel negara-negara di dunia.
Nobody is too busy, it's
just a matter of priorities
Sambil
menyiapkan diri menjadi seorang pembelajar (lagi), aku terus menerus menjaga
agar api impian dalam jiwa ini terus menyala dan membakar. Terkadang, sedikit
merasa social circle yang saya punya membuat saya merasa terbebani, tapi pada
akhirnya saya menganggap ini sebagai sebuah motivasi. Berbagai hal seru yang
mereka telah capai, pada ujungnya menjadi penyemangat bagi saya untuk terus
menerus memperbaiki diri dan menyiapkan diri untuk menjadi salah satu mahasiswa
di Eropa.
Bila
boleh meminta pada Tuhan, aku harap Nona Konsonan akan diberi kesempatan untuk
meneruskan kegiatannya di Yogyakarta. Setidaknya, ada lebih banyak hal yang
bisa membuatku berkunjung kesana dibandingkan ke Pulau Dewata. Semoga, UGM!
Tapi aku percaya rencana
Tuhan pasti yang paling Indah. Praise the Lord.
Komentar
Posting Komentar