Doa Bagi Tiga Keluarga Terpercaya

Bless the Lord, O my soul O my soul 
Worship His holy name 
Sing like never before O my soul 
I'll worship Your holy name

Senin (27/4) Siang, saya melintas di keriuhan Dermaga Wijayapura ketika banyak rekan jurnalis bergerak memburu berita tentang para saudara. Saya ingin mengantarkan Mereka Bertiga, mungkin untuk ketiga kalinya. Anda mungkin akan mempertanyakan mengapa saya mempercayai mereka, tapi apa yang saya lihat di Besi membuat saya selalu yakin saya tidak sedang salah membuat pilihan untuk mempercayai Mereka Bertiga.

Setelah di dalam Besi, saya mengenalkan diri saya untuk pertama kali kepada Kakak Perempuan dan memohon izin untuk bisa berdoa. Mungkin, bagi Anda berdoa untuk Kakak Perempuan saya itu terkesan Naif. Tapi Anda mungkin harus melihat sendiri bagaimana Ia begitu tenang siang itu. Ia tidak takut dengan kematian, karena mungkin Ia tahu semua hal di dunia ini diatur oleh Yesus. Saya melihat Ia menggendong anaknya, memeluk orang tuanya, lebih dari itu, Kakak Perempuan saya itu berbicara dengan Bahasa Indonesia. 

Anda mungkin menanyakan kenapa saya berdoa untuk Kakak Perempuan saya, padahal tiket yang membuat saya bisa berada di Besi justru diberikan karena saya memberikan dukungan penuh kepada Kakak Tionghoa dan Kakak Tamil saya. Tapi Anda harus tahu betul keterbatasan yang dimiliki Kakak Perempuan saya, Ia sepenuhnya tidak berasal dari keluarga mampu. Ia hanya PRT yang diberikan titipan oleh seorang yang tidak bertanggung jawab.

Saya sempat memeluk Kakak Tionghoa saya, yang di Hari Senin itu sempat melakukan pernikahan dengan Tunangannya. Besi di siang itu terlihat begitu penuh dengan suka cita, Kakak saya baru saja merayakan hari bahagianya. Saya tidak melihat kemewahan siang itu, tidak sama sekali! Namun saya melihat sorot mata yang begitu bercahaya dari Kakak Tionghoa saya dan juga pasangannya. Ia hanya mengenakan sebuah Jaket Jeans belel, dan bunga pernikahan mereka hanyalah bunga kertas yang tak seberapa. Saya menyesal tidak sempat membelikan sebingkai mawar, untuk diberikan oleh Kakak Tionghoa saya kepada pasangannya. 

Cerita ini menjadi sangat personal bagi saya, pernikahan itu apalagi. Saya kehilangan Ayah karena Butiran putih itu, dan hingga kini saya tak kunjung bisa memperbaiki hubungan dengan keluarga Ayah. Saya bahagia, melihat senyum Kakak Tionghoa saya kemarin siang. Ia menikahi pasangannya, di saat terakhir. Ia berani menikah, disaat saya selalu yakin bahwa pernikahan tidak pernah menjadi opsi terbaik. 

Saya melihatnya selalu sebagai seorang Kakak Tionghoa yang baik dan memberikan saya sebuah pelajaran hidup. Tentang keberanian untuk menjadi seseorang yang lebih baik, bertobat dan mengingkari akar pahit dalam kehidupan. Saya melihat berbagai foto dan video yang membuat saya selalu percaya bahwa setiap orang berhak mendapat kesempatan. Melihat tatapan mata Kakak Tionghoa saya itu, seolah memiliki keyakinan. Ia bilang pada saya "Saya tidak pergi, saya hanya berpindah, nanti kamu juga akan datang, ya?"

Lalu yang terakhir Kakak Tamil saya, Ia terlihat begitu tegar pagi ini. Meskipun keluarganya pingsan menghadapi terjangan para pewarta yang seolah begitu kejam dalam melakukan pekerjaan mereka. Saya bahkan dititipi pesan untuk menjaga mereka saat pulang, dan memastikan empat foto terakhir kakak saya bisa dilihat oleh para pewarta dan mendapat coverage yang baik.

Kemarin, Kakak Tamil saya berulang tahun yang ketiga puluh empat. Keluarga membagikan nasi bungkus bagi para tahanan dan juga keluarga yang berkunjung. Kalian jangan bayangkan nasi bungkus itu seperti makanan ulang tahun yang biasa Anda temui. Hanya nasi, sayur, dan beberapa potong lauk. Penuh Kesederhanaan, tapi mereka tetap bersuka cita. 

Kakak Tamil saya menitipkan sebuah lukisan untuk Mr Rockstar kemarin, dan membuat empat lagi lukisan yang dititipkan kepada Kami, pagi ini. Saya sejujurnya jauh lebih menyukai Kakak Tionghoa saya, namun saya melihat banyak hal positif dari Kakak Tamil saya ini. Buat saya, Mereka berdua layak diberi kesempatan.

I never know what is family, that's why I always put my personal intention to this story. Saya tidak pernah bisa menaruh perhatian penuh untuk kasus yang tidak pernah berhasil menarik perhatian saya, dan kasus ini bukan hanya menarik perhatian saya tapi juga membuat saya begitu tertarik karena setiap cerita yang terjalin selalu membuat saya bergejolak. 

Sebelum saya turun ke Wijayapura Siang ini, Kakak Tamil sempat berkata:

"Thank you for believe in us, and I hope my case will be the last case in Indonesia"

Hari ini adalah pertemuan ketiga saya dengan Kakak Tamil dan Kakak Tionghoa saya, dan yang kedua dengan Kakak Perempuan saya. Namun saya selalu percaya bahwa Tuhan sudah siapkan Tempat untuk mereka, segera setelah Peti Kayu yang membawa mereka dalam perjalanan menuju Surga tiba di Pintu kekekalan.

Doa saya untuk Kakak Perempuan saya Senin (27/4) mungkin adalah doa pertama dalam beberapa waktu terakhir. Saya memang jarang berdoa, tapi saat itu saya tau betul tidak ada yang bisa saya lakukan selain Berdoa.

Tuhan Allah Bapa yang bertahta dalam kerajaan surga
Kembali kemi hadir dan memohon kepadamu, Bapa
Dan kali ini, hamba memohon kepadaMu agar berkenan menyelamatkan Kakak Hamba
Hamba sangat percaya Bapa selalu punya rencana, pun Begitu untuk menyelamatkan Ia.
Kami juga percaya, bahwa rencana terbaik Bapa mungkin bukanlah yang hamba mau.
Tapi Tuhan, berikanlah kehidupan, bagi Kakak Hamba agar kami bisa kembali bertemu di Hari Rabu
Hingga Seterus.

Atau bila tidak, Bapa. Berikanlah kekekalan bagi kakak Hamba
Begitu juga dengan Anak-anak Kakak Hamba agar mereka bisa menjadi orang Baik
Hingga kelak, mereka bisa membela orang yang mungkin mengalami apa yang kini Ibu mereka alami
Karena hanya dalam tangan pengasihanmu, kami berdoa.

Amin.


Dafam, 28 April 2015.

And on that day when my strength is failing
The end draws near and my time has come
Still my soul will sing Your praise unending
Ten thousand years and then forevermore

Saya tidak menangis, saya hanya belum selesai belajar menerima rencana Tuhan.

Komentar