Kamu pernah
merasa jatuh cinta tetapi penuh dengan keraguan? Kamu pernah merasa bingung
membuat pilihan dalam waktu dan situasi yang begitu sulit? Kamu pernah memilih
untuk mengabaikan banyak hal, dan berkeras dengan apa yang kamu inginkan, tapi
kemudian gagal? Kamu pernah mendapat terlalu banyak pertanyaan dari orang yang
seharusnya bukan bertanya tapi hanya mengerti? Kamu pernah merasa orang yang
kamu cinta tidak membangun, namun justru membebani hatimu?
Tepat dua
minggu yang lalu, hati saya dipatahkan oleh sebuah postingan di instagram. Remuk,
tidak terhindarkan. Tapi ada banyak tanggung jawab yang lebih tidak bisa
dilepas dari genggaman. Pada saat saya sempat berada dibawah, saya bercerita
dengan seorang sahabat. Tapi satu hal, yang saya tau saat itu saya harus tetap
mengambil banyak gambar dokumentasi, dan membuat sebuah siaran pers. Kamu tau
kenapa? Karena ada rasa tanggung jawab kepada sang sahabat, dan kepada ambisi
pribadi saya yang lebih berharga daripada cinta, yang baru saja dipatahkan.
“What happens when people open their
hearts?"
"They get better.”
― Haruki Murakami, Norwegian Wood
Tentang Mengapa
Ketika kita
jatuh, terperosok, tenggelam, kita selalu bertanya mengapa hal itu bisa
terjadi. Bagi saya alasannya adalah takdir dan ketidakhati-hatian. Tuhan memang
berkehendak demikian atau sebenarnya kitalah yang tidak hati-hati, sudah tau
mungkin akan jatuh tapi kita memaksa terus berjalan. Kita semua mungkin tau
bahwa bahkan dalam mencinta pun, kita harus tetap berhati-hati agar tidak jatuh
dalam situasi yang salah. Tapi apa kamu selalu bisa mengendalikan hati? Cinta
terlalu membius, kamu bahkan mungkin tidak mahir mengendalikan hatimu sendiri.
Membuka hati
untuk seseorang artinya menyiapkan hati untuk terluka. Karena mencinta, sama
seperti berinvestasi selalu memiliki peluang untuk gagal. Sometime we just become too naive, dan menuturkan ‘cinta pasti akan menemukan jalannya’.
Cinta memang akan menemukan jalannya, tapi terkadang bukan dengan orang yang
selalu kita pikirkan, atau lebih dari itu cinta selalu punya jalan yang begitu
indah untuk menunjukkan dirinya. Jika kamu berani untuk jatuh cinta, kamu juga
harus berani untuk gagal dalam mencinta. Karena setiap pertemuan berpasangan
dengan perpisahan seperti tiap aksi akan mendapatkan reaksi yang sama.
“There is always something left to love.”
― Gabriel García Márquez, One Hundred Years
of Solitude
Tentang Menghilangkan Keraguan
Cinta kadang
penuh dengan keragu-raguan, terutama bila kita mulai mencampurkan hati dan
logika. Kamu akan selalu bertanya, karena logika kadang menjebak kita dalam
labirin yang begitu luas. Kita dijebak oleh pertanyaan-pertanyaan yang terkait
dengan society. Kamu dan aku mungkin
pernah melogiskan cinta, ketika kita sebenarnya baik-baik saja maka logika akan
mulai mengaitkan dengan society. Kita
terjebak pada logika bahwa kehidupan tidak sepenuhnya milik kita. Bahwa
sebenarnya kemerdekaan kita adalah fana, dan society adalah pemilik kita.
“Tapi kan cinta bukan soal dua orang, ada
dua keluarga yang harus dipertimbangkan”
Sebuah logika
yang sudut pandang kebenarannya akan ditentukan dari personal experience masing-masing subject. Untuk orang seperti saya,
kemerdekaan adalah milik saya dan itu bersifat mutlak. Besar sebagai anak broken home memberi saya lebih banyak
kemerdekaan, saya bahkan tidak punya alasan untuk membuat pesta pernikahan yang
demikian besar, mengundang orang-orang yang tidak saya kenal. Tapi bagi
sebagian orang hidup tidak bisa sesimple cara saya berpikir barusan. Kamu
pernah lihat orang-orang yang pernikahannya dijadikan ajang para orang tua
memamerkan pride mereka? Saya tidak
punya agama, tapi waktu saya punya agama dulu saya diajarkan untuk tidak boleh
pamer. Sayang, bahkan pemuka agama pun kadang tidak bisa menahan ummat untuk memamerkan kekayaan mereka.
Minimalist Wedding Source http://ourbksocial.com/brooklyn-couples-wedding-photo-goes-viral/ |
Kamu tau
kenapa cinta itu keren? Karena dalam cinta ada perjuangan untuk meraih
kemerdekaan sempurna. Karena kamu mungkin selalu punya kesempatan untuk
menikmati hidup kamu, sepenuhnya. Mungkin juga karena cinta membawa kamu ke
titik dimana hidup ini sepenuhnya tentang dirimu dan Ia yang kamu cintai. Jika
cinta bahkan harus dicampurkan dengan sudut pandang memuaskan society, buat apa ada cinta? Kenapa
manusia tidak dikawinkan saja secara random sesuai keinginan society, eh bukankah itu konsep ideal
perjodohan ya? Tapi ini 2015, bahkan satwa taman safari aja ngga suka
perjodohan, that’s why kadang upaya pelestarian tidak selalu berhasil.
Tapi ingat,
kamu juga harus tau bahwa kita tidak boleh lepas kendali atas cinta itu
sendiri!
“Why do people have to be this lonely?
What's the point of it all? Millions of people in this world, all of them
yearning, looking to others to satisfy them, yet isolating themselves. Why? Was
the earth put here just to nourish human loneliness?”
― Haruki Murakami, Sputnik Sweetheart
Tentang Perbedaan Dalam Cinta
Cinta adalah
cinta, kamu punya sudut pandang sendiri terhadapnya. Tapi kadang ketika
dihadapkan pada realita, cinta pun bisa membingungkan. Ketika kamu terbentur
pada keadaan, apa yang akan kamu lakukan? Tidak semua hati bisa jatuh pada
keadaan yang tepat, ada kalanya beberapa hubungan dihadapkan pada tembok
perbedaan. Pertanyaannya sangat simple, apakah kita bisa berdamai dengan
perbedaan atau memaksa orang yang katanya selalu
bisa saling mengerti dengan kita untuk berganti atribut.
Jewish Man Marry Hindu Woman Source: http://www.alfonsolongobardi.com/jewish-wedding-and-hindu-wedding-in-tuscany/ |
Apa kamu
percaya Tuhan itu satu? Apa mungkin kita hidup dengan bumi yang satu namun
memiliki pencipta yang berbeda? Beberapa teman saya yang menikah beda agama,
toh bisa punya anak. Kamu tau kan bahwa mahluk yang berbeda secara genetik,
sudah bisa dipastikan tidak bisa memiliki keturunan? Jika demikian, artinya
manusia apapun agamanya, tercipta oleh Tuhan yang satu.
Kamu pernah
dengar pernyataan seperti ini ditujukan buat pasangan-pasangan beda iman:
“Tuhannya aja dia khianatin, apalagi kamu
yang cuma manusia?”
Saya beri
tahu kamu sebuah pengkhianatan terbesar manusia akan Tuhan. Kamu pasti tau
bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita dan akan selalu bersama kita. Tapi
berapa kali kita mengkhianati Tuhan dengan bertanya “apa mungkin besok saya bisa meraih mimpi saya XXX?”. Manusia sering
mengkhianati Tuhan dengan mengikuti nalurinya. Kita sering melakukan
pengkhianatan, tapi kita bisa menerima itu. Bahkan kamu ragu besok Tuhan akan
memberikan rejeki pun sebuah pengkhianatan terhadap janji Tuhan bahwa Ia akan
selalu memberikan yang kamu butuhkan, bukan begitu?
Cinta dan
restu adalah dua hal yang berbeda. Jika kamu merasa memang dialah yang akan ada
buat kamu di saat susah dan senang, maka mengapa tidak berjuang? Jika hidup
memang mempertemukanmu dengan orang yang bagimu terbaik, maka mengapa kamu
harus meragukan kebahagiaan itu hanya karena dasar perbedaan? Saya tidak
mendukung orang pindah agama untuk pernikahan, saya lebih mendukung pernikahan
beda agama. Karena sejujurnya saya bahkan percaya bahwa keyakinan terhadap
agama adalah hal yang sangat berbeda dengan keyakinan terhadap Tuhan itu
sendiri. Mengapa tidak berjuang untuk
cinta, kemudian restu?
Saya punya
teman yang pernikahannya by design, bukan by accident. Kehamilan perempuannya diluar
pernikahan memang disengaja, kalau sudah bunting masa sih masih aja keras
kepala dengan tidak memberikan restu? Etapi kalo mau nikah by design jangan
lupa pikirin kesejahteraan, jangan sampe cinta bikin angka kemiskinan meningkat
karena anak-anak muda ngga mikir gimana ngasih makan anak-istri nya sih.
Tentang Cinta dan Perpisahan
Aku kadang
bertanya tentang mengapa dua orang yang saling mencintai akhirnya memilih untuk
mengakhiri apa yang mereka pernah mulai. Apa mungkin mereka sebenarnya berharap
terlalu banyak sehingga akhirnya ketika harapan itu tidak terpenuhi, hati
mereka hanya diisi dengan kekecewaan.
“Anyone who
falls in love is searching for the missing pieces of themselves. So anyone
who's in love gets sad when they think of their lover. It's like stepping back
inside a room you have fond memories of, one you haven't seen in a long time.”
― Haruki
Murakami
Banyak orang
setelah berpisah justru terburu-buru mencari pengganti. Akhirnya mereka hanya
mendapat orang yang mengisi kekosongan, padahal mungkin bila kita berdiri
sejenak mencari yang terbaik, Tuhan akan berikan kita bonus yang sangat
berharga. Kadang kita harus menikmati kesendirian sambil belajar untuk jadi
orang yang lebih baik. Saya tidak percaya dengan kita harus memantaskan diri agar bisa setara dengan jodoh kita. Itu
sebuah pengkhianatan lagi terhadap Tuhan, bukankah jodoh kita sudah dituliskan
dalam suratan takdir bahkan sejak kita lahir? Kita tidak pernah mencari jodoh,
sudah Tuhan tuliskan. Kita mungkin hanya perlu berjalan untuk menggenapi
suratan takdir dari Tuhan.
Jangan
terlalu mudah melepas orang yang kamu cinta. Jangan suka menunda jika kamu bisa
menyelesaikan masalah dengan cepat. Jangan terlalu banyak memberikan excuse pada hati. Jangan terlalu lama
larut dalam penderitaan, hati itu bukan samsak yang sengaja dipukul buat
melatih otot hati. Jangan lupa kalau toh hidup ngga melulu tentang cinta.
Jangan lupa, untuk menjadi lebih baik di 2016.
Komentar
Posting Komentar