Ahok, Source: Liputan6.com |
Bagi sebagian orang, vonis Ahok seolah awan gelap bagi
penegakan hukum di Indonesia. Tapi bisa jadi ini semua cuma bagian dari strategi
politik dan PR untuk pengamanan pemilu 2019.
Kita tidak boleh lupa, Album Noah yang dirilis sesaat
setelah Ariel dipenjara justru meledak luas di pasaran. Selain itu, sejak masuk
penjara hingga dibebaskan Ariel selalu mendapat spotlight dari infotainment.
Begitu pun Antasari Azhar, yang justru kini seolah menjadi Hero dan dinarasikan
membuat AHY gentar ketika hadir pada debat Pilgub DKI.
Vonis 2 tahun bagi Ahok bisa jadi memang didesain sedemikian
rupa, karena bisa menguntungkan secara politik. Pertama, penjaranya sudah pasti
tidak 2 tahun, karena potongan remisi hari raya dan toh setelah menjalani 2/3
hukuman bisa keluar penjara seperti Antasari. Kemudian, kita pasti tidak lupa
bahwa di 2019 akan ada kontestasi politik yang lebih besar. Ahok perlu
didiamkan karena selama ini toh meski ditekan, ia terus menjadi bola liar.
Bagian paling penting, saga ahok tidak sedang akan berakhir
dalam waktu dekat. 16 bulan (2/3 dari 2 tahun) periode terlalu pendek untuk
melupakan case sebesar ini. Ahok akan terus mendapat spotlight ketika
dipenjara, yang mana jauh lebih baik dibanding hanya hingga Oktober jika
dibiarkan bebas. Selain itu, narasi dan storytelling yang terbangun justru akan
sangat positif bagi Ahok jika Ia telah dipenjara. Ia telah membayar lunas
terpeleset lidahnya, Ia juga membuat Jokowi terbebas dari citra tidak berpihak
pada kelompok islam garis keras.
Ahok sebagaimana mandela, Antasari dan Ariel Noah, tidak
pernah kehilangan tempat di hati kita meski terhalang status terpidana. Orang
Indonesia juga mudah lupa, mereka mungkin akan mendukung Ahok ketika berkampanye
bagi Jokowi di 2019. Intinya, kita harus mem-flush toilet untuk membersihkan
kotoran, agar siap digunakan kembali.
Komentar
Posting Komentar