Melawan Pembajakan Amigdala

Hasil gambar untuk sorot mata sedih"

Aku masih ingat sorot matanya saat itu, penuh rasa cemas. Sorot mata yang tidak pernah menjadi favoritku, karena sorot mata itu menghilangkan senyum simpul yang biasa Ia tampilkan. Tahun baru ini memang tidak seperti biasa, Ia dimulai dengan berbagai cerita getir. Seperti tahun baru yang diawali dengan banjir, cerita yang Ia sampaikan hari itu tentang kekhawatiran juga membuatku terdiam.

Meski bibirku terdiam, namun hati tetap menggumam.

Aku mengerti bagaimana rasanya takut, jiwa terkadang suka memanipulasi sehingga orang selalu kira daya mampu kita melebihi yang sebenarnya. Mereka lupa bahwa kita yang tersenyum paling lebar mungkin menahan lebih banyak cerita duka agar tidak perlu ditahu dunia. Agar kehidupan yang kita ceriterakan sepenuhnya tentang bahagia. 

Tidak mudah memang menanggung beban yang tidak pernah kita minta. Dijadikan harapan dan tempat bersandar. Diberi kewajiban agar bisa selalu menjadi penolong. Mereka lupa bahwa selayaknya kapal, badai selalu mungkin membuat sauh kita tak tertambat. Hingga akhirnya kita terhanyut dan tidak bisa kembali ke titik awal.

Setiap doa yang orang tua dan teman bisikkan kepada kita, mereka selalu kira bisa kita penuhi. 
Setiap asa yang mereka titipkan kepada malam, mereka kita kita wajib bisa raih untuk mereka. 
Tidak sempat ada waktu, untuk meratapi apa yang telah pergi
Tidak sempat untuk perbaiki kesalahan, dipaksa terus berada di medan laga. 

Sejak hari itu hingga sekarang, aku masih belum bisa tenang.
Rasa takut yang kau bisikkan masih terngiang di angan - angan
Ngilu yang terasa hingga tulang, belum berhenti meski hanya sejenak
Meski tak terlalu mahir, aku ingin bisa turut hilangkan semua rasa takut itu

“I am not a prisoner of fear.” Chee Chee on Dolittle (2020)

Bagaimana Allah akan bicara kepada kita tentang keberanian, 
jika tolok ukur ketakutan saja tidak berhasil kita buat. 
Bagaimana mungkin bisa bicara tentang rasa berani, 
jika mungkin rasa takut kita juga timbul secara manipulatif. 

Bukankah untuk bisa mengumpulkan keberanian, 
kita harus bisa mendefinisikan rasa takut? 
Bagaimana bisa berani, jika rasa berkhianat pada pikir.
Akankah kita selamanya terjebak pada pembajakan amigdala? 

“Courage is not the absence of fear.” – Dolittle to Chee Chee on Dolittle (2020)
Hasil gambar untuk dolittle"

Aku tidak tau bisa apa selain berdiri dan melihat, sesekali mungkin memberi bahu
Aku tidak tau akankah tangan yang ku ulurkan bisa membawamu keluar dari pusaran rasa takut
Kamu raja dari pikiranmu, berkuasa untuk melawan segala rasa takut 
Kapan mau berdaulat atas pikiran sendiri?

Jika hati masih belum kuat, beri waktu hingga ia kelak bisa melihat
Jika hidup masih punya pilihan, kita tidak boleh berhenti mengejar angan
Jika jiwa akhirnya kembali menari, izinkan raga untuk turut berlari
Karena hidup cuma sekali, beri waktu bagi diri sendiri untuk bisa berjuang lagi.

Jangan berhenti karena takut
Jangan menangis karena terlarut
Jangan ragu untuk terus berlanjut
Karena Tuhan tidak bercanda dalam menulis takdir

Aku peluk dari jauh, sambil melihat kapalmu kembali mengangkat sauh
Aku tidak akan pernah terkejut, saat melihat ceritamu kembali berlanjut
Berlarilah mengejar semesta, mengejar segala karya
Berlarilah mengejar rembulan, hingga mimpi bisa terwujudkan

Komentar