Idealogi

Bulan Februari yang terasa begitu panjang, baru saja berakhir. Begitu panjang karena bulan ini aku mulai memasuki semester baru, dengan suasana yang baru pula, sayangnya dengan kondisi keuangan yang tidak ‘baru’. Ada banyak kekecewaan terjadi di bulan ini, tapi tetap saja membuatku tersenyum bahagia, karena memang begitulah seharusnya. Bulan ini, tepat enam bulan pula semuanya berlalu! Begitu cepat, dan begitu melelahkan untuk melewati detik demi detik seorang diri. Kadang masih ada rindu di dada, kadang masih ada resah di jiwa, namun semuanya berganti dan tersapu derasnya alian angin, seiring dengan kesadaranku bahwa Tuhan tidak pernah salah menuliskan takdir. Aku sudah (hampir sepenuhnya) bisa menerima kepergiannya, yang dulu begitu menyakitkan. Aku (juga) sudah bisa menerima kenyataan bahwa tubuhku sudah tidak sebugar dulu lagi. Mungkin, enam bulan kebelakang ini, Tuhan memang mencobaiku dengan begitu luar biasa. Tapi aku bahagia kok, Bapa! Lihatlah gimana NYOCAP bisa punya kekuat...

6 Hal yang saya pelajari dari #WikanDhyta Wedding #HalaldiHutan

1. Menikahlah dengan rasional Pernikahan #WikanDhyta saya rasa merupakan pernikahan paling rasional yang pernah saya hadiri, mereka menikah dengan budget yang saya yakini sangat affordable. Setidaknya untuk mereka yang setelah ini akan melanjutkan hidup ke luar negeri dan tentu perlu menabung uang untuk kehidupan selanjutnya. Mereka melakukan langkah yang sangat baik 2. Pernikahan bukanlah event untuk sekedar memberi makan orang banyak Mempelai bukan Yesus yang bisa memberi makan 5.000 orang, pernikahan dengan konsep POTLUCK pun bisa jadi sangat menarik. Ironis sekali melihat orang-orang yang datang ke pernikahan hanya untuk mengomentari makanan, jika ingin membeli makanan enak hadirin tentu tau dimana tempat membeli makanan favorit mereka. #WikanDhyta membuktikan pada saya bahwa orang akan tetap datang bahkan disaat mempelai tidak menyediakan makanan. 3. Kemerdekaan adalah hak mempelai Kita sering terjebak pada paradigma ‘menikah itu murah, yang mahal pride...

A Letter About God (1)

Malam tadi, seseorang mengajak berdiskusi tentang agama, dan dalam sebuah percakapan Ia melontarkan pernyataan: “Kamu punya kepintaran, relasi, achievement. Tapi kalau kamu ngga punya iman buat apa? Kamu bisa ngelakuin banyak hal yang kamu mau, tapi kamu ngga pernah nyoba buat cari tau tentang agama dan keyakinan, buat apa? Sama aja bohong!” Manusia memang sangat mahir men judge orang lain tanpa pernah mau tau hal unik yang mungkin membuat sebuah peristiwa terjadi. Mungkin, ini memang dampak nyata dari keterbatasan manusia, dalam merasakan dan memikirkan sesuatu. Kamu pernah, menilai orang buruk, tapi sebenarnya (mungkin) orang itu juga ngga mau ada di situasi buruk itu? Mungkin kamu merasa berhak untuk menilai orang lain, tanpa sadar kalau ada hal lain yang ngga selalu dibuka di ruang publik. Karena apa? Karena publik terlalu suka menilai tanpa bertanya, terlalu suka menginterpretasi tanpa diskusi, berindikasi tanpa memberi kesempatan pihak lain tuk menerangkan. A...

Posting Lama

2020 1
- Januari 1
  - Melawan Pembajakan Amigdala

2018 1
- Januari 1
2017 3
2016 6
- Oktober 1
- Agustus 1
- Juni 1
- April 2
- Januari 1
2015 9
- Desember 1
- September 1
- Agustus 1
- Juli 1
- Juni 1
- April 1
- Maret 2
- Februari 1
2014 9
- Desember 1
- Oktober 1
- Agustus 1
- Juli 1
- Juni 2
- Mei 1
- April 2
2013 18
- Oktober 1
- September 2
- Agustus 1
- Juli 1
- Juni 4
- Mei 2
- Maret 1
- Februari 3
- Januari 3
2012 39
- Desember 2
- November 2
- Oktober 6
- Agustus 3
- Juli 6
- Mei 5
- April 5
- Maret 2
- Februari 5
- Januari 3
2011 7
- Desember 2
- Oktober 1
- Juli 1
- Mei 2
- Maret 1

Tampilkan selengkapnya Tampilkan lebih sedikit

Label

Events
Family
Happy Birthday
NYOCAP
Opini
Other
Others
Pemuda
Politik
Quote

Report
Sebelas
SPEAK
Story
TeamVO

Tampilkan selengkapnya Tampilkan lebih sedikit

Laporkan Penyalahgunaan

Diberdayakan oleh Blogger